Rabu, 14 Desember 2011

WALIKOTA DINOBATKAN SEBAGAI PENGERAKSE ADAT KOTA MATARAM

Walikota Mataram H. Ahyar Abduh dinobatkan sebagai Tokoh Adat Pengerakse Utame Budaye Kota Mataram oleh para Tokoh Adat yang ada di Kota Mataram. Penobatan sebagai Tokoh Adat ini diterima Walikota dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pada pagelaran Pelangi Budaya Kota Mataram di Pasar Seni Sayang Sayang Selasa (13/12).
Penobatan ini ditandai dengan pemberian selempang dan keris yang langsung dikenakan Walikota Mataram. Kegiatn ini juga sekaligus dirangkai dengan sejumlah kegiatan seperti Parade Adat dan Kesenian Bhinneka Tunggal Ika dan ritual Betetulaq yang diakhiri dengan acara begibung (makan bersama) dengan masyarakat di wilayah Rembiga.
Usai dinobatkan sebagai Tokoh Adat Pengerakse Utame Budaye, Walikota Mataram kemudian di usung dengan menggunakan Juli menuju lokasi Betetulaq. Di acara tersebut Walikota diminta untuk memberikan petuah dan wejangan kepada masyarakat Mataram.
Dalam wejangannya, Walikota menghimbau kepada masyarakat Mataram untuk menjaga kebersamaan dan persaudaraan di atara sesama. Hal ini menurut Walikota penting mengingat beragamnya warga yang tinggal di Kota Mataram. Selain itu pula ia berharap agar masyarakat menjaga etika dan moral yang tercermin dalam perilaku sehari hari.
Ritual betetulaq ini juga dirangkai dengan doa tolak bala’ yang di akhiri dengan prosesi begibung/makan bersama masyarat di wilayah Rembiga. (dh/humas)

Guru TK/RA Ikuti Workshop Pembinaan Pakaian Adat Daerah NTB


           Untuk memberikan pemahaman kepada guru Taman Kanak-Kanak (TK)/ Raudatul Atfal (RA) se Kota Mataram tentang penggunaan pakaian adat daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOP TKI) Kota Mataram menggelar Workshop Pembinaan pakaian Adat Daerah NTB di aula lantai tiga lingkup kantor Walikota Mataram, Rabu (14/12) yang diikuti lebih dari 80 guru TK/RA se Kota Mataram. 
          Ketua GOP TKI Kota Mataram Ir.Hj. Ernawati Makmur Said menjelaskan, workshop ini  merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mensosialisasikan pakaian adat daerah NTB dari tiga suku yakni suku Sasak, Samawa dan Mbojo. Mengingat selama ini TK/RA seringkali ikut serta dalam berbagai karval dan lomba-lomba pakaian adat, namun selama ini masih banyak terjadi kekeliruan. Bahkan tidak jarang ketika anak didik di TK/RA diminta untuk menggunakan pakaian adat, yang digunakan bukan pakaian adat harian melainkan pakaian pengantin, bahkan menggunakan pakaian yang campur.
          Oleh karena itu, Hj. Ernawati meminta agar para peserta dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik, sehingga bisa dimengerti dan dipahami bagaimana tata cara menggunakan  pakaian adat sesuai dengan garis yang telah ditetapkan. ”Karena yang dimaksud pakaian adat adalah pakaian adat harian bukan pakaian pengantin,” paparnya.
          Menurutnya selain diberikan pembinaan tata cara menggunakan pakaian adat daerah NTB, para peserta juga langsung diberikan praktek, termasuk sanggulnya untuk pakaian adat putri. Untuk melihat kemampuan peserta setelah mengikuti workshop ini, pihaknya juga akan menggelar lomba Busana Nusantara pada Sabtu 17 Desember 2011. ”Kegiatan ini merupakan rangkaian HUT Dahrmawanita tahun 2011, dan menyambut hari ibu tanggal 22 Desember,” kata Hj. Ernawati yang juga menjabat sebagai Ketua Dharmawanita Persatuan  Kota Mataram.
          Sebelumnya Sekertaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Mataram, H. Isin yang mewakili Kepala Dinas setempat saat membuka acara workshop menyampaikan salah satu fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak untuk mencapai peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan dengan tujuan peningkatan potensi peserta didik yang beriman, bertaqwa, sehat, berilmu, berdudaya sehingga menjadi warganegara yang demokratis. ”Kegiatan ini memberikan dampak  positif yakni masyarakat mampu mengenal budaya sendiri agar seiring dengan moto Kota Mataram yang Maju, Religius dan Berbudaya. Tidak sebaliknya, mengenal budaya orang lain tapi tidak mengenal budayanya sendiri,” katanya. (nir/dina foto humas)