Keberhasilan
Kota Mataram meraih penghargaan Swasti
Saba Wiwerda bidang kesehatan lingkungan tingkat Nasional tahun 2011 manjadi
daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi
Selatan untuk melakukan study banding ke Kota Mataram, Selasa (3/1). Sebanyak
23 orang peserta study banding tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Forum
Kabupaten Sehat Hj. Nurma Syahril dan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota
Mataram dr.IGK. Lania, Ketua Forum Kota Sehat Kota Mataram Suhirman Adita,
serta seluruh pejabat terkait lingkup Pemkot Mataram di ruang kenari Kantor
Walikota Mataram.
Ketua Forum Kabupaten Sehat Hj. Nurma
Syahril yang juga menjabat sebagai Ketua TP. PKK Kabupaten Kepulauan Selayar
menjelaskan, study banding tersebut dimaksudkan untuk belajar strategi dan
kebijakan progam serta kiat-kiat Pemkot Mataram yang dikembangkan bersama
masyarakat sehingga berhasil meraih penghargaan Swasti Saba Wiwerda bahkan
hingga tiga kali. “Sementara kami baru mendapatkan Swasti Sabapadapa. Padahal
kami sudah berusaha secara maksimal meningkatkan upaya dan koordinasi dengan
pihak kecamatan,” paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram,
dr. IGK. Lania menjelaskan Pemkot Mataram mulai mengikuti lomba bidang
kesehatan lingkungan tingkat nasional sejak tahun 2005 dan waku itu berhasil
meraih penghargaan Swasti Saba Padapa serta tiga kali meraih penghargaan Swasti
Saba Wiwerda (tahun 2007,2009 dan 2011). “Tahun 2011 lalu sebenarnya Kota
Mataram layak diberikan Penghargaan Swasti Saba Wistara, namun pemerintah pusat
masih bertahan memberikan kita Swasti Saba Wiwerda,” katanya.
Sementara Ketua Forum Kota Sehat Kota
Mataram Suhirman Adita memaparkan beberapa program serta upaya Forum Kota Sehat bersama
masyarakat dan Pemkot Mataram dalam meraih penghargaan Swasti Saba Wiwerda.
Dengan rincian, menetapkan lima tatanan yakni, pertama tatanan permukimman,
sarana dan prasaran sehat meliputi, udara
sehat, sungai, sekolah, pengelolaan sampah, pasar sehat dan sarana olahraga. “
Dalam hal ini Forum Kota Sehat menjadi depan dalam gerakan Mataram Hijau,”
jelasnya.
Ke dua tatanan pelayanan angkutan umum
meliputi terminal, penataan serta kawasan rawan kecelakaan. Ketiga kawasan
program dan gizi meliputi ketersediaan pangan, mulai dari distributor, konsumsi,
kewaspadaan dan kemasyarakatan. Keempat tatanan kehidupan sosial yang sehat dan
kehidupan masyarakat sehat serta mandiri dengan terus melakukan sosialisasi tentang
prilaku hidup bersih dan sehat, bahaya narkoba, imunisasi, serta penyediaan air
bersih.
Berdasarkan
hasil evaluasi dari lima tatanan itu sebenarnya Kota Mataram layak ‘naik kelas’
dengan mendapatakan penghargaan Swasti Sabawistara karena syarat-syarat sudah
terpenuhi yakni, memiliki lima tatanan, program mencakup 70 persen kecamatan,
melaksanakan 70 persen setiap tatanan sementara Kota Mataram sudah 100 persen,
dan terintegritasnya aspek fisik, sosbud, ekonomi dan kesehatan, serta adanya
gerakan masyarakat. “Namun harus kandas, karena tahun ini tidak ada yang ‘naik
kelas’, bahkan dari enam kabupaten/kota yang ikut dari NTB, Kota Mataram
berhasil bertahan di Wiwerda dan dua di Padapa, sementara tiga lainnya tidak dapat
apa-apa. Ini berarti kriteria semakin sulit,” terangnya. (nir/sony foto humas)